grass

grass

Minggu, 06 September 2009

Pengantin jiwa Untuk Yo

Pada sebuah bukit, re melihat kekasih hatinya Yo sedang menuntun sepeda kumbang yang sudah tua. Yo tampak sendirian melalui bukit itu. Re berusaha mengejar yo tapi kakinya seperti ditindih dengan berton ton batu bata, re tak sanggup menggerakkan kakinya sedikitpun. Re hanya bisa melihat yo pergi menjauh darinya, perlahan tapi sangat pasti..

Malam itu re terbangun dengan peluh disekujur tubuhnya. Ah aku bermimpi lagi, keluhnya pada diri sendiri. Mimpi yg selalu menghadirkan yo. Tiba2 saja hatinya diliputi rasa sakit, sedih tapi sekaligus rindu. Yo…gumam re, mungkin saat ini kamu sedang enak tertidur dipelukan hangat seorang perempuan yang bergelar “istri”. Betapa beruntungnya perempuan itu yo…
Re mengambil handphone kesayangannya dan mengirimkan short message “len, gw mimpi yo..gw kangen ma dia..”. 5 menit kemudian handphonenya berbunyi, balasan dari sahabatnya lena, “sayang, it’s just a dream, sleep well okay, don’t think too much, he’s not belong to you anymore”.
Yeah…re tahu yo bukan miliknya lagi, 4 bulan yang lalu yo memberikan sumpahnya untuk setia dalam ikatan perkawinan pada perempuan itu. Dan re juga tahu antara mereka sudah lama tidak ada ikatan lagi, tapi entah kenapa ketika kabar pernikahan yo sampai ketelinganya, hati re tak urung sakit. 2 kali Tuhan mempertemukan mereka, 2 kali kesempatan itu ada didepan mata mereka, 2 kali yo memintanya untuk menjadi istrinya, dan 2 kali juga re tak pernah bisa menyanggupi permintaan yo yg begitu tulus. Re memang tidak bisa menyalahkan yo ketika akhirnya dia menikahi perempuan lain. Re hanya bisa merutuki dirinya sendiri, dan mengurung diri dikamarnya seharian pada hari pernikahan yo.

Di bukit itu re melihat yo, kali ini re berusaha mati2an mengejar yo meski kakinya sulit untuk digerakkan. Yo tetap menuntun sepedanya.
“yo..yo…tunggu aku, aku perlu bicara dengan mu..”re berkata setengah berteriak. Yo melihatnya, tampak terkejut.
“jangan ganggu aku re, jangan aku sudah menikah…” yo berkata kemudian dengan terburu2 dia menaiki sepeda kumbang tuanya…
“yo… tunggu yo…jangan pergi yo…” re terus berteriak mengejar yo yg mulai mengayuh sepedanya
“tinggalkan aku re…aku sudah menikah..istriku menunggu dirumah, dia sedang hamil 2 bulan…”

Malam itu re menangis dalam diamnya. Mimpi itu datang lagi. Re dapat melihat wajah yo dan mendengar suaranya yg dingin. Benarkah istrinya hamil? Wajar bukan, bulan ini sudah 4 bulan yo menikah. Yo akan segera menjadi ayah..tapi apakah benar mimpi ini?

“len, aku tau mimpi itu hanya bunga tidur tapi mimpi kali ini berbeda, sangat jelas…” ujar re siang itu disebuah kantin dekat kantor mereka.
“tapi apa yg kamu dapat re, memikirkan mimpimu itu hanya akan membuat lingkaran matamu tambah menghitam. Let it go, yo mungkin hanya ingin memberitahumu bhw skrg dia sdh bahagia “ lena berkata dengan mulut setengah penuh terisi menu wajib makan siangnya, nasi gudeg.
“apa menurutmu aku tampak tidak ikhlas dengan pernikahan yo? Len, aku sangat ikhlas, it’s destiny. Yg aku tidak habis pikir kenapa dalam satu bulan aku bisa bermimpi yo sampai 2 kali. Mimpi itu seolah2 nyata “ re berusaha melakukan pembelaan diri
“aku tuh tidak bilang kalau kamu tidak ikhlas, hanya relakan mimpi itu sebagai bunga tidur, jgn terlalu banyak dipikirkan. Jika pada akhirnya apa yg kamu mimpikan itu sama dengan kenyataannya, bilang saja itu kebetulan. Bukankah hal yg sangat wajar, mereka menikah 4 bulan yg lalu, dan sekarang istrinya hamil 2 bulan “ terang lena, sambil tidak berhenti menguyah.
Diakhir percakapannya dengan lena, re terpaksa harus merelakan mimpinya cukup dicap “bunga tidur” saja. Perkataan lena ada benarnya juga, untuk re hari ketika yo mengucapkan ijab, pada saat itu juga tidak ada lagi yo dikehidupannya. Life’s must go on. Isn’t it?

“re…lihat re…anakku perempuan…lucu sekali ya re…dia sangat cantik..!”
Ada seorang bayi mungil dipelukannya, wajah yo tampak bahagia. Belum pernah re melihat yo begitu bahagia. Yo terus menimang bayi itu, yo tidak mempedulikan re yang hadir disitu. Yo seperti seorang anak mendapatkan hadiah yg dia idam2kan selama ini. Tiba2, re ditarik oleh sebuah kekuatan yg entah darimana asalnya, kekuatan yg membuat dia semakin menjauh dari yo. Lama2 bayangan yo menjadi samar2 dan sekarang hanya menjadi titik hitam dikejauhan…yoooo…..re berteriak keras…

“len, yo sudah menjadi ayah, anaknya perempuan..” ucap re sore itu disebuah café favorit mereka.
“wah…kapan yo kasih kabar?ko kamu bisa tahu re?” Tanya lena
“tadi malem, lewat mimpi….”re menjwab dengan datar, sambil mengocek caffelattenya.
“ya ampun…mimpi yo lagi?terus kamu percaya re?” dahi lena tampak berkerut tanda penasaran
“entah kenapa aku percaya dengan mimpi itu. Aku belum pernah melihat yo sebahagia tadi malam len.”
“kamu tau ga re, mimpi itu kadang hasil manifestasi dari apa yang kita khayalkan selama ini. Mungkin saja secara ga sengaja kamu pernah berkhayal, yo punya anak perempuan, trus dimimpiin deh sama kamu. Atau dulu waktu kalian masih sama2, yo pernah berucap ingin punya anak perempuan” terang lena dengan semangat.
“aku ingin membuktikannya..tapi bagaimana caranya ya len?”
“gila kamu re, mau datang kerumah yo? Apa kamu ga takut sama istrinya yg kabarnya judes? Sudahlah, just forget about it sweet baby, lebih baik sekarang liat sekitar kita, kali aja ada laki2 yg tertarik dengan 2 perempuan cantik ini “
Lena berkata sambil mengedipkan matanya dengan genit.
“aku sedang tidak berminat…” re menatap mug caffelattenya dingin.

Hari itu guru mereka mengenalkan seorang murid laki2 baru, namanya ryo. Pindahan dari sebuah SMA di Jakarta. Sosok ryo terlihat dingin, seolah tidak peduli dengan sekitarnya. Reyna saat itu duduk 3 bangku dari depan, menatap ryo dengan tatapan yg sama dinginnya dengan ryo. Tidak peduli dan tidak antusias. Satu lagi anak nakal dikelas ku bertambah, pikir reyna dalam hati. Sebelum kedatangan ryo, kabar itu sudah tersebar luas. Akan datang seorang murid dari Jakarta yang kabarnya pemakai narkoba.
Ryo duduk 2 bangku dibelakang reyna, tepatnya dibangku paling belakang dikelasnya, karena hanya bangku itu yg kosong. Ryo duduk sebangku dengan simon, murid badung yg punya wajah lumayan.
sepanjang 3 bulan pertama, ryo tidak pernah mencoba untuk berteman dengan teman2 sekelas mereka. Dan disetiap pelajaran yang dia bisa lakukan hanya tertidur.
Saat itu pelajaran matematika, ibu astuti terkenal guru yang galak dan rajin memanggil muridnya untuk mengerjakan soal ke depan kelas. Ketika nama ryo disebut oleh bu astuti, seluruh mata dikelas reyna memandang ryo dengan hati berdebar2. Apakah ryo sudah mengerjakan pekerjaan rumahnya, karena kalau tidak seluruh kelas bisa dihukum berdiri dilapangan upacara. Seperti biasa ryo dengan tatapan yg dingin hanya bisa diam atau tepatnya bengong. Reyna yg gemas melihat tingkah ryo akhirnya menyodorkan buku pe ernya ke belakang bangku “kasih ryo, biar dia lihat dari sini saja” reyna memberikan bukunya kepada teman dibelakangnya. Hari itu kelas mereka terbebas dari hukuman berjemur dilapangan.
reyna tak pernah habis pikir setelah kejadian itu tidak pernah terlontar satu katapun dari mulut ryo ucapan terimakasih karena telah membantunya. Ryo tetap memasang wajah dingin. Buku matematikanya dikembalikan oleh simon tanpa sepatahkatapun.
Tetapi ada yang berubah dari ryo, ryo yg sekarang tidak lagi tertidur ketika pelajaran berlangsung. Lena yg memberitahunya, dia memang sangat tertarik memperhatikan orang. Maklum cita2nya menjadi psikolog. Yang lebih aneh menurut lena, dia sering memergoki ryo sedang menatap reyna sembunyi2.
“mana?”Tanya reyna sambil menengok kebelakang “orangnya juga lagi tidur, ngaco kamu len..”
“barusan aku liat re, matanya ga berkedip liat kamu, kupikir matanya ga sedingin wajahnya loh..apa salahnya sih nyapa duluan, mungkin ryo malu re” lena sedikit berpromosi.
Reyna berusaha untuk tidak peduli, selama ryo tidak tertangkap basah olehnya, reyna tidak akan percaya omongan sahabatnya.

“kakak ku minggu besak nikah re, kamu dateng ya, aku undang temen2 yg lain juga ko” lena seolah memberikan pengumuman.
“minggu depan?ko dadakan sih?lagian kaka kamu yg nikah ko kamu yg nyebar undangan?”
“aku pengen aja liat temen2 kita pada pake baju resmi, sepertinya akan tampak lucu..” senyum jahil lena terpancar diwajahnya
“trus aku pergi sama siapa, ga mungkin kan aku pergi bareng kamu..”
“tenang aja..aku udah atur, kamu pergi sama ryo, kebetulan ryo bisa bawa mobil, kamu tinggal bilang aja alamat rmhmu ntar dia jemput deh” dengan enteng lena menjelaskan
“hah…ryo?kamu sengaja ya?aku kan ga kenal ma ryo?gimana kalo aku diapa2in ma ryo?kamu tau kan ryo itu pemakai, gimana kalo aku dicekokin ditengah jalan, trus aku ga pernah bisa sampai ke undangan?” reyna histeris dan sedikit panic. Dengan ryo?dengan laki2 yang ga pernah bisa senyum itu? Oh my god….
“tenang ryo sudah berjanji dia ga bakalan ngapa2in kamu ko,kamu tinggal duduk manis trus tau nyampe. Lagian kalian nanti ga berdua, ada simon yg menemani kalian,pokonya kamu harus pergi dengan ryo, itu sudah diatur, dan ga usah banyak nanya lagi, okay sweet baby?” senyum lena mengembang
“ kamu sengaja dan itu pemaksaan len…”
“ I don’t care…pokonya kamu dateng ma ryo titik…”

Hari itu tiba, setelah percakapan basa basi sabtu sore usai sekolah, reyna memberikan alamat rmhnya, ryo berjanji tepat jam 11 siang dia akan menjemput reyna.
Yup..tepat jam 11 ryo datang bersama simon. pakaian kemeja lengkap, dan reyna mengakui dengan dandanan seperti itu ryo tampak menarik.
Sepanjang perjalanan, kami bertiga hanya berbicara basa basi. Kebanyakan hanya simon dan reyna yg berbicara, ryo hanya bisa diam sibuk menyetir sambil memperhatikan jalan, entah mungkin hanya pura2 sibuk saja. Sekali kali mata reyna dan ryo beradu pandang lewat kaca spion mobil, dan pada saat yg bersamaan tiba2 hati reyna ikut berdebar2. Lena benar..mata ryo tidak seperti wajahnya, sepasang mata itu hangat dan teduh…
Dan siapa yg sanggup menolak mata teduh itu ketika suatu sore di pintu kelasnya ryo menyatakan perasaannya…

“lena bosen ga denger ceritaku?” Tanya reyna suatu hari
“pertanyaan konyol, kalau aku bosan aku ga akan pernah jadi teman mu selama ini”
“ryo kan kerjanya dijakarta ya len…”
“ryo lagi….” Keluh lena
“tadi malam aku mendengar jelas suara ryo, aku tidak bisa melihatnya, tapi suaranya cukup jelas ditelingaku, seolah2 dia berbisik, re, ryo ga kerja lagi dijakarta, ryo pindah kebandung, rumah dibandung sudah laku terjual,” reyna bercerita dengan tatapan pasrah.
“mimpi lagi?”Tanya lena disusul anggukan reyna “sayang..apa yg harus aku komentarin? Aku bilang mimpi itu bunga tidurpun kamu ga percaya…so..?” lena mengangkat kedua bahunya
“aku ingin pembuktian len..aku ingin sebuah penjelasan untuk apa ryo terus2an datang dimimpi2ku. Aku tidak peduli kehidupannya, tapi ryo terus2an menghantui aku”
“aku ingin ketemu ryo lena, tapi bagaimana caranya?”
“ryo pria beristri, apa jadinya kalo istrinya tau,perempuan dari masa lalu suaminya muncul tiba2 hanya menanyakan soal mimpi?”
“bantu aku len…kamu sahabatku. Aku bisa mati penasaran kalau begini caranya..”reyna memasang muka memelas
“okay I’ll try but I’m not promise…aku akan mencoba menghubungi ryo dirumahnya”
“thank u len…ure de best..”

Kini sosok ryo sudah ada didepan ku. Kulitnya sekarang sedikit berwarna coklat, wajahnya tampak sedikit tirus hingga tulang pipinya sedikit menonjol, ada kumis tipis yg dia biarkan tumbuh tak teratur, mungkin sudah tak bercukur satu minggu, matanya terlihat seperti kelelahan namun sorot mata itu tetap sama, hangat dan meneduhkan.
Kami lama terdiam, menikmati suara hujan yang saat itu turun perlahan. Suasana café saat itu tenang dan temaram, hanya ada 3 meja yg terisi termasuk meja yg sedang kami duduki.
“maafkan aku yo…aku tidak bermaksud utk menganggu kebahagiaan kalian, hanya mimpi itu sudah sangat mengganggu ku” reyna berbicara pelan sambil matanya tertunduk menatap coffe latte nya.
Ryo terdiam, cukup lama sambil sesekali menghela napas sangat dalam.
“aku tidak pernah berhenti untuk mencintaimu, re….”
Reyna menahan napas demi mendengar perkataan ryo, jantungnya mendadak berdegup sangat kencang.
“aku bahagia dgn kehidupanku skrg, tapi ketika aku dibiarkan sendiri aku merasa sebagian jiwaku hilang, dan lamunanku selalu kutujukan padamu re…” ryo menggantungkan nada bicaranya, mengocek Capucinonya dengan enggan.
“entah mengapa jauh didasar hatiku, aku msh menginginkan kamu untuk menjadi istriku.., tp aku sungguh tidak pernah bisa mengerti mengapa semua mimpi2 mu bisa sama dengan kehidupan yg sedang aku hadapi”
Reyna terdiam mematung, kalau ryo saja kebingungan dengan mimpi2nya apalagi dengan dirinya sendiri.
“aku juga sering bermimpi ttgmu re, dan entah mengapa disetiap mimpiku kamu selalu terlihat bersedih…apa kamu bahagia dengan kehidupanmu skrg re??”
Mari kita lihat, seorang perempuan berumur 29thn, bekerja pada sebuah perusahaan yg cukup punya nama dengan posisi yg cukup penting, mempunyai sahabat2 yang selalu siap dalam berbagai cuaca, mempunyai kendaraan roda empat yang siap mengantarkan dia kemana saja dan tentu saja mempunyai seorang tunangan yg tampan baik hati dan mencintainya apa adanya…so…pastinya hidupku bahagia..tapi tidak sebahagia kalau ada kamu yooo….
Re menarik napas panjang..yo menatap re meminta penjelasan..
“aku bahagia tp ada sebagian dari hatiku yg kosong. Aku berusaha untuk selalu menutup kekosongan itu tp sia sia..”
Karena hanya kamu yo yg bisa menutupi kekosongan itu..,keluh re didalam hati.
Tidak ada suara diantara kami setelah itu, kami cukup menikmati pertemuan ini hanya dalam diam. Menikmati setiap detik yg berjalan, dalam keheningan hanya suara sarah mclachan yg menemani dari kejauhan.
Setelah 15 menit berlalu tanpa suara. Yo tiba2 menarik tangannya, menggenggam dengan hangat.
“re, aku tidak pernah bisa berhenti mencintaimu.semakin kuat keinginan ku untuk melupakanmu semakin kuat pula kamu mengakar diotakku. Aku menyerah untuk melupakanmu, untuk ku kau adalah bagian dari jiwaku, jadi aku tidak akan lagi bersusah payah mencoba untuk menghapus ingatanku ttgmu. Aku menyerahkan hidupku pada takdir. Bagiku kau adalah pengantin jiwaku, kau adalah istri bagi ruhku. Dan aku akan selalu menjagamu, menjadi pelindung jiwamu” yo menatap lekat matanya yg hitam tampak berbinar lembut.

Pertemuan itu berlalu, yo beranjak dari kursinya 15 menit yg lalu, istrinya minta dijemput ditempat kerjanya. kini tinggal re yg terdiam masih dimeja yg sama. Tangan kanannya masih terasa hangat. Genggaman tangan yo masih sekokoh dan selembut dulu. Tanpa sadar re menangis dalam diam. Hatinya diliputi rasa sakit tapi juga bahagia. Dari sini kehidupan akan terus berputar dan berjalan. Re masih harus menyiapkan persiapan pernikahannya bersama bayu yg akan berlangsung 4 bulan lagi. Re akan melanjutkan kehidupannya, yup life must go on..dan re cukup bahagia hanya menjadi pengantin bagi jiwa seorang yo….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar